Monstrolibo, Kapal Pengangkut Sampah Otomatis di Perairan Karya FT Unila
Bermodal Nekat, Sempat Salah Beli Bahan.
Sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sudah tercemar sampah dan limbah pabrik. Melihat kondisi tersebut,dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Lampung (FT Unila) tergerak untuk menghasilkan inovasi dalam bentuk kapal pendeteksi dan pengangkut sampah otomatis. Kapal itu diberi nama Monstrolibo (Monitor of River and Litter Roboboat).
Laporan Naufal A. Caya, BANDARLAMPUNG
RADAR LAMPUNG beberapa hari lalu mendapatkan informasi mengenai turunnya dana bantuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) untuk kegiatan program kreativitas mahasiswa (PKM) tahun anggaran 2015.
Dari sejumlah proposal PKM yang berhasil mendapatkan dana bantuan, salah satunya milik mahasiswa Teknik Elektro FT Unila M. Jerry Jeliandra dengan judul Monstrolibo sebagai pendeteksi dan pengangkut sampah otomatisdengan indikasi kecepatan arus sungai.
Dengan rasa penasaran, Radar lantas menghubungi Wakil Dekan II FT Unila Dr. Muhammad Sarkowi untuk menanyakan apakah bisa tim Monstrolibo bertemu wartawan koran ini.
Berkat bantuan Sarkowi, kemarin (30/6) Radar berhasil dipertemukan dengan lima engineer pencetus roboboat ini di laboratorium elektronika. Diketahui, dua di antaranya adalah dosen. Yaitu Dr. Sri Ratna Sulistiyanti dan Agus Trisanto, Ph.D. Kemudian M. lerry leliandra, Yudi Eka Putra, dan Andri Gunawan.
Saat masuk laboratorium yang berada di lantai dua gedung Laboratorium Terpadu FT Unila ini, Radar langsung melihat ke arah sebuah benda berwarna biru langit yang berukuran 100×60 sentimeter. “Inilah Monstolibo itu, Mas,” sahut Ratna -sapaan akrab Sri Ratna.
Setelah duduk tak jauh dari benda biru tadi, Ratna mulai membuka cerita. Ratna yang memakai jilbab merah muda dipadu gamis biru itu menuturkan, ide pembuatan Monstrolibo berawal darinya. Sebab, ia merasa prihatin terhadap kondisi sungai yang penuh sampah akibat ulah masyarakat.
” Tidak jarang masyarakat membuang sampah ke sungai ataupun laut. Hal ini mengakibatkan perairan kita dipenuhi sampah,” ujarnya.
Dari keprihatinan itu, Ratna mengusulkan kepada dua mahasiswa bimbingannya untuk dapat membuat sebuah alat yang dapatmengambil sampah-sampah di sungai sebagai tugas akhir (TA) mereka.
Merasa hal itu merupakan sebuah inovasi dan belum pernah ada yang membuatnya di Bumi Ruwa Jurai ini, Jerry dan Yudi bertekad untuk menjalankan amanah sang dosen.
“Dimulainya proyek pembuatan ini pada lanuari 2014. Kesulitan pertama yang kami hadapi adalah mencari literatur dan bahan bacaan pembuatan roboboatim. Kami semua, tidak ada yang memiliki basic perkapalan. Semua serba nekat,” kata Yudi.
Desain dan perakitan yang sederhana namun menarik juga elegan menjadi pertimbangan mereka. Kesulitan lainnya yakni persoalan dana. Hal klasik ini seolah menjadi momok bagi para ilmuan yang tengah berinovasi dan mengembangkan jiwa kreatifnya. Untungnya, momok menakutkan itu berhasil Jerry dan Yudi hadapi ketika dibukanya Program Kratfiitas Mahasiswa (PKM) 2014 yang nantinya bila proposalnya berhasil, maka akan diberikan bantuan dana dari dikti.
Menghadapi PKM, tim Monstroibo diperkuat dengan bergabungnya Andri Gunawan. Alhasil, proposal mereka bertiga disetujui dan dikti mengucurkan dana Rp7,227 Juta dengan jangka waktu pelaksanaan lima bulan, mulai dari Januari hingga Juni 2015.
Ketika ditanyakan pengalaman mereka yang paling mengesankan sehingga hampir berputus asa, Jerry, Yudi, dan Andri kompakmengaku pernah merasakan itu. Misalnya, pengalaman salah membeli barang yang sudah dipesan berminggu-minggu di Hongkong.
“Ada sebagian bahan yang tidak dijual di Indonesia. Jualnya di Hongkong. Bayangkan saja, sudah kita menunggu kiriman bahannya lama, eh, yang sampai malah tidak sesuai spesifikasi,” ujar Jerry lantas tertawa.
Kapal yang mereka buat adalah kapal tipe Catamaran dengan bahan dasar triplek dengan ketebalan 5 dan 3 milimeter. Dengan spesifikasi, panjang 100 sentimeter, lebar 60 sentimeter, dan tinggi 15 sentimeter. Kemudian, bagian lambung kapal dilapisi dengan resin yang telah diberikan pigmen berwarna sehingga lambung kedap dan tahan air.
Untuk pengangkut sampahnya, bahan yang digunakan yaitu rangka alumunium dengan panjang dimensi 120 sentimeter, lebar mulut 60×25 sentimeter. Pengangkut sampah dilengkapi dengan jarring, yang dikaitkan pada bagian rangka alumunium. Jaring dikaitkan sepanjang 80 sentimeter.
“Dalam waktu dekat kita akan memasangkan sistem monitoring. Sistem ini menggunakan senosor suhu dan sensor aliran air yang diletakkan pada kapal. Data yang diperoleh dari sensor, akan dikirim melalui telemetri dan diterima untuk kemudian ditampilkan pada sebuah personal komputer,” papar Andri yang didampingi kedua temannya dan kedua dosennya.
Untuk pengujian alat, Monstrolibo barudiuji coba pada kolam di bundaran jalan depan Gedung Rektorat Unila. “Kami belum uji coba di air laut, khawatir ada beberapa komponen yang nantinya berkarat. Tapi ke depannya kita akan terus berinovasi lagi. Besok (hari ini, Red) kami akan uji coba di aliran sungai,” kata Yudi.
Untuk saat ini, gerak Monstrolibo masih disetir menggunakan remote control. Namun, pada akhir Agustus tahun ini, Monstrolibo ditarget bekerja secara otomatis sesuai petunjuk dari kamera.
“Nantinya kapal ditabrakkan langsung ke sampah, sehingga sampah-sampah tersebut masuk kedalam jarring kapal. Monstrolibo ini masih dalam proses pengembangan. Bahkan untuk dana sendiri sampai menggunakan dana pribadi Bu Ratna,” ungkap Jerry.
Di akhir wawancara, selaku dosen, Agus dan Rama memiliki harapan besar terhadap Monstrolibo agar kedepannya dapat dimanfaatkan bagi masyarakat luas, bahkan bisa digunakan oleh pemerintah daerah.
“Dalam lomba inovasi teknologi yang digelar Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Lampung beberapa waktu lalu, Monstrolibo mendapat respon positif,” jelas Agus.
Dia berjanji, ke depannya Monstolibo akan lebih canggih. “Kita tinggal letakkan saja di sungai yang bersampah. Tidak perlu repot untuk menggerakkan atau mengarahkannya,” pungkas Ratna. (p5/cl/whk)
Sumber:RADAR LAMPUNG